LUASKAN PETA HATI DAN PIKIRAN BIAR GAK BAPER

NLP For Daily Life#2

(Mengenal NLP Presuppositions Untuk Meluaskan Hati Dan Pikiran)

Saya dan satu orang sahabat setiap hari saling bertukar kabar, cerita, saling mendukung meskipun melalui interaksi di media chat. Kegemaran dengan kucing, makanan dan pertumbuhan diri rupanya menyatukan kami berdua lebih dekat. 

Saya merasa nyaman dan terbuka bercerita dengannya dari hal yang remeh temeh seperti hari ini masak apa, makan apa, apa yang sedang kami kerjakan, saling bertukar  foto dan video polah-polah kucing peliharaan kami hingga proses insight pertumbuhan diri. 

Tapi

Di relasi persahabatan tersebut, ada satu momen ketika saya mengalami baper (kebawa perasaan) setelah sharing hasil insight melalui chat telegram. 

Saya cerita insight proses belajar jujur dengan diri sendiri kondisi tubuh mudah lelah karena bekerja ganda di kantor sekaligus bisnis praktek mandiri. Saya curhat tidak memiliki tenaga lagi untuk bergerak menuju pertumbuhan finansial sebagaimana outcome yang dituju. Saya juga merasa stagnan dan kurang memiliki waktu untuk mengerjakan rencana di dalam bisnis.

Rupanya, respon sahabat tidak seperti yang saya bayangkan

Ia menuliskan chat sebelum saya menyelesaikan tulisan insight.

Berikut isi chat saya yang dipotong

Aku tadi menemukan proses belajar kalau membangun bisnis kok kayak jadi ngasih waktu sisa-sisa aja ya

saya membaca balasan chat sahabat

Karena kamu melekatkan pikiran tentang memberikan kata sisa itu,Yuk ubah dan cari celah supaya bisa berpikir lebih baik lagi. Ubah pikiran tentang sisa menjadi lebih memberdayakan

Saya lalu merespon chat sahabat,

Hemm aku sedang belajar jujur dengan diri sendiri karena rupanya memang lelah dan merasa stagnan

Lalu Ia menimpali 

Ntar jadi pembenaran lhooo kalau melekatkan kata lelah dan  merasa stagnan seperti itu STOP ya jangan begitu lagi…ayuuk Arum Ubah tu pikiranmu jangan begitu yuuk

Saya berpikir 

Duuuh aku salah ya kalau sharing begini, kayaknya Nita (nama samaran teman saya) gak paham ya kalau aku tu lagi sharing insight, tunggu bentar sampai habis ngetik kenapa

Harapan saya yang  setelah sharing insight bisa plong karena jujur dengan isi pikiran dan perasaan seakan-akan jadi buyar dan merasa ambyar

Saya merasa jengkel karena isi chat diputus ketika belum menyelesaikan isi chat. 

Menurut saya, respon Nita juga tidak membantu saya  lebih tenang justru menyesali pikiran saya.

Saya lalu memilih enggan membalas kembali chat nasihat Nita. Saya juga  mengabaikan cerita dan posting video polah kucingnya, tentang dia memasak masakan kesukaan suami dan anak-anaknya yang biasa direspon dengan perasaan bahagia. 

Sehari kemudian

masih juga malas membuka isi chat Nita. 

Saya menyadari muncul perasaan tidak nyaman karena dinasihati ketika belum selesai menulis chat. Menurut saya dia tidak empatik 

Duuh kok malah menasihati, aku lagi gak butuh nasihat dulu at least untuk saat ini, tu kan aku jadi nyesel deh merasa lelah dan stagnan

Sampai saya menyimak kutipan Pramoedya Ananta Toer 

 Adillah Engkau, Sejak Dalam Pikiran

Kalimat Adillah sejak dimulai sejak dalam pikiran saya pelajari ketika membaca buku berjudul NLP For Everyday Life, Perjalanan Membingkai Makna, karya Mas Teddi Prasetya Yuliawan dan The Rita Anggorowati.  Tepatnya di bab Seni Berkomunikasi Chapter 2, Jika Peta Bukan Wilayah Mengapa Masih Dipakai ?

Saya baca kalimat tersebut berulang-ulang sambil merenungkan Isi tulisan di dalam buku.

Saya belajar bahwa manusia pada dasarnya merespon situasi berdasarkan peta pikirannya sendiri, atau kita merespon situasi berdasarkan pikiran, perasaan dari persepsi masing-masing.

Saya merasa pemahaman saya waktu merespon isi chat Nita adalah yang paling benar dan saya menggunakan pikiran sendiri untuk merespon isi chat Nita

Saya anggap Nita berempati jika sesuai dengan pola pikiran yang selama ini tersimpan di ingatan tentang proses konseling Psikologi. 

Ketrampilan berempati adalah salah satu  kemampuan untuk merasakan perasaan orang lain terutama ketika melakukan proses konseling.

Saya merasa tidak adil ya menganggap Nita tidak empatik ketika isi chat direspon dengan nasihat. Lha, Nita emangnya Psikolog kayak elu Rum yang udah belajar ketrampilan berempati ketika bersama klien?? 

Alhamdulillah

Saya lalu introspeksi diri pikiran,perasaan dan pilihan untuk mendiamkan isi chat Nita

Oiya, tadi saya sempat menuliskan istilah Jika peta bukan wilayah

Untuk menjelaskan Peta bukan Wilayah, saya belajar dari buku berjudul NLP The Path To Excellence karya mas Teddi Prasetya Yuliawan, di  Bab yang membahas NLP Presuposition. 

Haiihhh apa pula itu??

Ketika belajar Neuro Linguistic Programming (NLP) kita diajak untuk mengolah sumber daya melalui pikiran dan perasaan. NLP memiliki asumsi bahwa pikiran perlu dikelola agar dapat memberdayakan diri.

 Nah dengan mempelajar NLP Presuppositions, kita diajak untuk memiliki cara berpikir orang NLP agar dapat memberdayakan diri

Hemm cara berpikir NLP itu yang bagaimana?

Ya, punya filter di otak untuk merespon kejadian di sekitar kita dengan tepat sesuai konteks 

Ketika belajar (NLP) saya memiliki bekal menjadi manusia yang lebih berdaya dengan berpikir sesuai konteks, mampu keluar dari pandangan yang sempit, terbatas, tidak akurat serta menyakitkan diri sendiri.

Nah, dengan cara mengenal NLP Presuposition saya belajar melakukan introspeksi diri dari pengalaman baper dengan Sahabat 

Yang saya pelajari pertama, The Map Is Not The Territory (Peta Bukan Wilayah)

Sebelumnya,

Apa yang dimaksud peta?

Apa pula yang dimaksud territory atau wilayah?

istilah peta digunakan untuk menggambarkan persepsi atau cara pandang, pola pikir kita terhadap situasi yang dihadapi. Peta dibentuk dari nilai-nilai, keyakinan, ingatan, bahasa dan filter psikologis lainnya

Sedang wilayah untuk menggambarkan realitas di dalam pikiran kita. 

Saya memiliki peta pikiran kalau curhat harapannya direspon seperti ketika seorang konselor dan Psikolog yang berempati dengan contoh formulasi kata-kata duuuh kamu lagi sedih ya, kamu lagi marah yaaa 

Saya menganggap rasa nyaman ketika curhat adalah bukan dengan formulai kata-kata nasihat terlebih dahulu

Sehingga saya mengabaikan isi pesan chat Nita yang tidak sesuai dengan pikiran saya tentang respon curhat yang tepat (menurut saya saat itu).

Di proses introspeksi diri tersebut saya juga belajar satu lagi formulasi NLP Presuppositions “People Respon According To Their Map”, Orang merespon situasi atau lingkungan berdasarkan Peta pikirannya.

Saya merespon isi chat Nita sebatas peta saya 

Saya memiliki peta Nita gak support, percuma aku sharing insight malah chatku dipotong,gak bikin tenang malah dinasihati panjang kali lebar kali tinggi

Saya rasa, proses baper tersebut justru adalah momen introspeksi diri untuk meluaskan peta pikiran saya.

 Tidak semua orang memiliki pemikiran, harapan, nilai-nilai yang sama. Apalagi Nita bukan dari latar belakang Psikologi yang tidak familiar dengan formulasi kata-kata ekspresi empati.

Sebelum menyelesaikan tulisan ini, saya buka kembali isi chat dari Nita 

Memang gak adil waktu itu, lha wong kata-kata yang disampaikan Nita betul kok Cuma memang kurang pas konteksnya untuk diri saya yang butuh rasa tenang saat itu.

Saya justru memahami konteks berpikir Nita  yang ingin mendukung dengan kata-katanya

bahkan ada chat yang tidak saya baca dengan utuh karena lagi baper 

Kalau lagi baper otak cenderung memilih respon yang dianggap menyenangkan saja

Berikut isi Chat Nita yang membuat saya tersentuh

Yang aku pikirkan bukan dapat sisa-sisa nya, tapi aku berpikir kamu tu lagi dititipin amanah yang nantinya bakal kamu olah entah di kemudian hari. 

Aku justru membayangkan kamu nanti bisa memiliki energi lebih untuk berkembang, jadi alih-alih kamu bilang stagnan dan lelah yuk cari kata yang lain

misalnya dengan sedikit waktu yang aku miliki untuk berperan di bisnisku, aku menabung kebaikan untuk masa depan nanti

Sampai di sini peta pikiran saya lebih luas tentang isi chat Nita

Nita mengajari saya untuk tidak berpikir sempit, dan dia sangat mendukung saya untuk focus dengan potensi yang dimiliki

 Referensi :

Yuliawan, T.P. & Anggorowati,R. (2019). NLP for Everyday Life. Perjalanan Membingkai  Makna. Bandung : Dinamika Transformasi Asia

Yuliawan, T.P. (2022). NLP The Path To Excellence. Pola-Pola Menuju Keunggulan Pribadi. Bandung : Dinamika Transformasi Asia

Jedaku Di Yogyakarta #2 Terhubung Dengan Diri Di Student Park

Tubuhku sudah lelah sekali

Aku jadi pelupa dan sulit fokus

Saya menjadi lambat menerima instruksi atau memahami kata-kata orang lain

Pekerjaan yang dilakukan jadi serasa terburu-buru

Tidur pun menjadi tidak nyenyak, bangun tidur rasanya masih saja lelah

Saatnya mendengar sinyal dari tubuh yang mengajak saya beristirahat memberikan jeda, kembali terhubung dengan diri

Saya mencatat biasanya sinyal-sinyal tersebut adalah ajakan tubuh untuk melakukan introspeksi terhadap langkah saya. Saya butuh melakukan reconnecting dengan diri sendiri.

Terhubung dengan diri adalah upaya yang kita untuk lakukan sebagai bentuk merawat diri. Bagaimana kita melihat respon terhadap pekerjaan kita, melakukan evaluasi dan introspeksi dengan langkah-langkah kita. mencari apa sih yang kita pikirkan, apa sih yang kita rasakan. Lalu bagaimana kita dapat melangkah kembali

Setelah kemarin di Episode sebelumnya saya bertemu dengan teman-teman untuk belajar dari perspektifyang berbeda, saya juga butuh melihat dari diri sendiri. Jujur dengan diri sendiri

Bukan berarti kita egois ya karena kok kita jalan sendiri sih, kok maunya sendirian aja. It’s oke temans, gak perlu merasa bersalah untuk membuat diri kembali waras yang menjadi tanggung jawab kita sendiri

Bagi teman-teman yang ingin mengenal lebih dekat reconecting dengan diri bisa simak instagram Live Adante Solution berkolaborasi dengan saya berikut

Untuk melakukan terhubung dengan diri sendiri, saya butuh lingkungan yang mendukung agar merasa nyaman dan tenang. Saya membutuhkan tempat agar bisa tenang menulis jurnal, bisa melakukan meditasi serta yoga

Momen jeda di Yogyakarta saya semakin menyenangkan dengan tempat menginap yang cocok dengan kebutuhan. Harganya terjangkau, lokasi asyik, plus ada bonus fasilitas kebugaran.

Saya booking akomodasi melalui aplikasi Booking.Com dan menemukan Student Park Hotel Apartment by We Stay. Lokasinya terletak di Jalan Seturan Raya No.1 Kledokan, Catur Tunggal Yogyakarta.

Begini nie penampakan kamar Hotel yang juga digunakan sebagai apartemen tersebut. Saya suka kamarnya cukup luas dan desainnya oke. Ada bonus balkon yang bisa untuk melihat pemandangan sekitar.

Suasana kamar waktu sunset

Suasana Dapur yang modern, ada kompor listriknya. Lalu ada juga peralatan makan seperti piring, gelas. Sangat memudahkan kita kalau mau masak dan beli makanan dari aplikasi. Saya tidak kesulitan karena tersedia dengan peralatan makan dan minum. Setelah makan, kita juga bisa mencuci piring di tempat yang tersedia.

Suasana Rooftop ada kolam renang dan gymnya

Rooftop buka dari Pukul 07.00 sampai sore saja. Lumayan ramai kalau weekend
Ruang gym di belakang kolam renang

Saya merasa nyaman dan cukup istirahat untuk memulihkan tenaga. Bagaimana dengan protokol kesehatan? Saya menemukan di Student Park menerapkan lift yang tombol-tombolnya tidak boleh disentuh. Jadi, kita menggunakan kunci kamar atau mendekatkan jari ke tombol tujuan. Sangat higienis ya terutama di masa pandemi kita butuh menjaga kebersihan tangan dari risiko tertularnya virus

Lift yang tombolnya aktif dari kunci, jadi gak boleh disentuh

Terima Kasih sudah berkunjung

With Love

Arum Sukma Kinasih

Jedaku Di Yogyakarta #1 Heart To Heart With……….

Akhir bulan Januari 2022 saya memberikan jeda bagi diri sendiri dengan pergi ke luar kota. Saya butuh menepi sejenak dari lelahnya rutinitas supaya otak diberi kesempatan beristirahat, menemukan suasana dan energi baru terutama agar langkah saya dapat kembali laju. Ketika pergi ke tempat yang berbeda dari rutinitas sehari-hari saya membantu pikiran menjadi lebih terbuka dapat melihat dari perspektif yang berbeda

Kali ini saya memilih menepi dan memberi jeda sejenak ke Yogyakarta sambil bertemu dengan teman-teman. Momen menepi kali ini menjadi lebih bermakna dengan bertemu teman yang pernah berjuang bersama-sama. Bertemu dengan teman seperjuangan kali ini memberikan energi baru buat saya untuk melihat pengalaman mereka dari perspektif yang berbeda.

Belajar Untuk Berjuang Meraih Impian Dari Jamie

Di Hari pertama di Yogyakarta saya bertemu dengan Jamie (nama beken dari Jamilah Akbar) teman seperjuangan satu angkatan 2001 di Fakultas Psikologi UGM. Jamie di tahun 2021 memutuskan resign sebagai pendidik di salah satu sekolah untuk memulai proses tumbuh kembangnya di tempat yang berdeda. Ia memilih meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu kuliah S3 dengan program beasiswa.

Bersama Jamie (sebelah kiri)

Saya ikut merasa bangga dengan cerita Jamie yang sebentar lagi kuliah S3 Bimbingan Konseling di salah satu universitas terbaik Taiwan. Wawww menurut saya bisa menempuh pendidikan hingga jenjang doktor adalah hebat, apalagi nantinya akan ada proses perjalanan yang penuh tantangan.

Waktu itu Jamie bercerita, waah aku agak kederr sebenarnya Rum karena pernah denger dari kawanku yang kuliah S3 sampai 4 tahun gak lulus-lulus, penelitian program doktor itu kan butuh effort yaa. Apalagi program beasiswa kan dibatasi 4 tahun lalu boleh memperpanjang selama 2 semester.

Tapi Jamie memiliki tekad yang kuat tidak akan menyerah. Ia memilii alasan yang menguatkan dirinya melanjutkan proses kuliah S3, yaitu misi visi berkontribusi di dalam pengembangan karakter dan kemajuan pendidikan. Jamie sejak dulu menyukai kegiatan sosial dan bercita-cita memiliki lembaga sosial di bidang pendidikan

Jamie cerita, “aku tu pengen melatih guru-guru agar bukan sekedar ngajar para siswa, agar jangan sekedar mengejar jenjang sertifikasi tapi aku mau guru-guru bisa jadi guru yang asyik dan menyenangkan buat murid-muridnya, bisa membangun karakter buat diri sendiri dan juga murid-muridnya

Memiliki Prinsip Instruktur Yoga dari Bu Asih

Di Hari kedua saya bertemu teman satu angkatan di Yoga Teacher Training Balance Yoga Jogja School bu Kristina Asih. Saya ingat bu Asih sewaktu sama-sama belajar di Yoga Teacher Training catatan materi dari guru rapi, cepat belajar dan lulus memiliki nilai tertinggi di antara kami.

Satu hal yang paling saya catat adalah, beliau selalu mendoakan dan menyebut nama kami di setiap doanya. Kekuatan doa bagi bu Asih dapat saling menguatkan kami terutama ketika menempuh pendidikan sebagai instruktur yoga.

Saat ini Bu Asih sudah mengelola studio yoga yang berada di rumahnya di Yogyakarta. Beliau punya prinsip ingin tetap berkarya meskipun berada di rumah. Aku gak mau ninggalin anak-anakku mbak Arum makanya aku milih ngajar dari rumah.

Bu Asih menunjukkan prinsipnya yang kuat ketika menjadi instruktur yoga. Bu Asih menekankan, mbak Tiap orang memiliki karakter tubuh yang berbeda. Aku selalu belajar dari member-memberku kalau mereka unik dan tidak perlu memaksakan melakukan sebuah postur jika belum cukup siap tubuhnya

Prinsipku adalah orang yang datang yoga sama aku tu, mereka sehat dapat, happy dapat dan nyaman pun dapat. Aku mau member yang datang ke aku merasa nyaman belajar bareng

Belajar Meninggalkan Legacy Dari Sukma

Masih di Hari kedua saya bertemu dengan sesama bernama Sukma. Kalau Sukma yang ini bernama panjang Sukma Prawitasari, lebih dikenal dengan nama beken Bune Sukma. Kami teman satu angkatan di Magister Profesi Psikologi UGM namun beda Major. Sukma teman saya ini memilih Major di bidang pendidikan.

Bersama Bune Sukma (sebelah kiri)

Sukma yang ini kalau sudah punya prinsip pasti kuat dan akan dijalankan dengan sungguh-sungguh. Ia bahkan menjaga dengan baik nilai-nilai diri dan peran yang dianggap penting

Ketika saya bertemu darat dengan Sukma, saya belajar tentang prinsip di dalam rumah tangga yang ingin dia wariskan ke anak-anaknya. Ia memiliki keyakinan bahwa sebagai orangtua butuh memberikan ruang bagi diri untuk menjaga kewarasan dan menjaga keharmonisan keluarga dengan me time atau kegiatan bareng pasangan.

Tidak pernah kepikir di benak saya tentang pola parenting yang dilakukan oleh Sukma tersebut. Saya waw dan takjub dengan pola pikirnya yang membuka wawasan baru dan memberikan insight

Aku tu seneng banget kalau dititipi keponakan Rum. Kamu tahu gak banyak orangtua yang takut ninggal anaknya sendirian untuk melakukan me time atau we time bareng pasangan

Aku bilang ke adikku, gak papa kamu ninggal anakmu ke aku, ntar kamu pulang we time anak-anakmu sudah beres, percaya deh sama aku. Selain itu kan anakmu bisa kenal juga sama aku

Aku mau ngajari anak-anakku itu Rum, dan itu menurutku perlu aku latih ke anak-anakku supaya mereka bisa lihat dari aku

Belajar Dan Memaknai Aktivitas Dari Upenkz

Jelang pulang ke Semarang saya bertemu dengan Nurtika Ulfah teman satu kelas Major Psikologi klinis di Magister Profesi Psikologi UGM sekaligus teman satu kos. Saya sangat happy melihat proses tumbuh kembang pemilik nama beken Upenkz yang mendalami jurnaling sebagai wadah dirinya untuk berkarya dan berkontribusi. Upenks memiliki misi visi mendalami jurnaling sebagai wadah membersamai proses tumbuh kembang kliennya.

Bersama Upenkz (sebelah kanan)

Upenks dan saya adalah partner akuntabilitas atau support system untuk menjaga tujuan kami, yaitu melatih kebiasaan menulis dan berkarya lewat tulisan dapat terus berjalan. Partner akuntabilitas memiliki peran yang sangat penting untuk saling mendukung tujuan sehingga langkah yang kita lakukan dapat konsisten

Saya belajar dari Upenkz tentang proses jurnaling secara berbeda yang dapat membantu pola berpikir kita lebih terstruktur rapi. Yang jelas bukan jurnaling untuk curhat atau sekedar sharing pikiran dan perasaan saja. Saya mendapat insight dari Upenkz untuk memiliki buku jurnal tidak hanya satu untuk semua, tapi masing-masing satu buku jurnal untuk satu tujuan (Terima Kasih juga Upenks untuk hadiah buku jurnalnya). Contoh, satu jurnal untuk menuliskan insight, satu jurnal untuk sharing, satu jurnal untuk goal/tujuan dan sesuai tujuan. Saya belajar dari jurnal Upenkz yang tersusun rapi dan terstruktur sehingga membantu agar otak memiliki pola pikir yang rapi.

Saya mendapat insight ketika bercerita ke Upenkz, kalau saya menyukai momen berlibur/piknik ini bukan sekedar aktivitas jeda dengan berpiknik saja. Saya berencana momen jeda memiliki makna yang akan ditulis di blog. Upenkz menanggapi dengan bercerita bahwa dia memiliki hobi membaca komik untuk melepas penat. Upenkz menjadikan kegiatan tersebut bermakna dengan belajar melalui cerita dari komik.

Bagi Upenkz setiap aktivitas yang dilakukan adalah ibadah dan memiliki makna, bahkan tidur juga memiliki makna untuk menjaga kebugaran tubuh.

Konklusi Perjalanan Jedaku di Yogyakarta

Pertemuan saya bersama teman-teman seperjuangan menjadi catatan bahwa ketika punya tujuan, ketika punya cita-cita maka perjuangkan. Ketika kamu punya sesuatu yang dianggap penting dan bernilai maka komunikasikan.

Misi menjadi sumber kekuatan diri ini mau menjadi pribadi yang seperti apa di dalam peran menjalani kehidupan. Kita ingin menjalankan peran seperti apa, ingin dikenal sebagai sosok yang seperti apa?

Kita diciptakan Tuhan tidak sia-sia dan setiap proses belajar kita akan menjadi bermakna. So, jangan mengecilkan peran yang kita lakukan dan pengalaman yang kita jalani.

Ketika bertemu teman-teman saya belajar untuk menghargai setiap momen dari aktivitas. Kadang kita sering merasa bersalah melakukan me time, merasa tidak nyaman melakukan aktivitas jeda sejenak untuk menjaga kewarasan diri. Setiap momen dan aktivitas kita sangat berharga untuk merawat diri

With Love

Arum Sukma Kinasih

Ketika Bersyukur Dan Baper Sama Teman Baik : Cerita Perjalanan bersama Bestie #1

Tipikal relasi dengan Bestie di usia dewasa menurut saya berbeda dengan ketika masa anak-anak atau remaja. Saya pernah diberi saran oleh salah satu kerabat sewaktu mengantar keluarga kami menyusul (alm) bapak yang saat itu dipindahtugaskan ke Banda Aceh

Mbak Arum kalau nanti di Aceh, cari teman sebanyak-banyaknya yaaa. Biar dapat kenal dengan teman baru.

Waktu itu saya akan memasuki masa SMU. Apa kabar sekarang yaaa, hemmm kayaknya sudah gak tepat dengan kata-kata kerabat tersebut. Apalagi rata-rata teman saya prioritas aktivitasnya seputar berkeluarga dan sudah punya pekerjaan. Otomatis sudah berkurang kesempatan untuk bertemu (apalagi di masa pandemi gini)

Saya pernah mendengar bahwa siklus pertemanan di usia dewasa menyempit karena sudah menjalani peran yang lebih kompleks di masing-masing pribadi. Sehingga memiliki teman yang dapat memberikan dukungan adalah privilege tersendiri untuk proses kesehatan mental, pertumbuhan diri

Punya Bestie yang tahu apa yang kita butuhkan juga privilege. Apalagi bisa menjadi partner akuntabilitas yang sama-sama saling mendukung untuk tujuan yang sama. Partner akuntabilitas itu tidak sekedar untuk curhat-curhat saja, tapi juga untuk saling berproses bersama menjaga komitmen, sama-sama bisa konsisten dengan tujuan kita. Bukannya teman yang nyinyir kalau kita punya Goal ya.

Untuk tahu apa itu partner akuntabilitas bisa simak di tulisan berikut. Bersyukur saya memiliki teman yang saling membantu belajar, saling memberikan masukan dengan tujuan kami yang sama-sama ingin rutin menulis. Yeayyy saya juga mendapat hadiah beberapa buku untuk menulis jurnal dari Bestie sekaligus partner akuntabilitas. Alhamdulillahnya ngepasi sekali saya lagi butuh buku-buku jurnal untuk menulis insight, agenda dan goal saya.

Alhamdulillah Hadiah Jurnal dari Bestie

Kok Bisa Baper Sama Bestie

Saya juga bersyukur ada satu lagi teman yang setiap hari selalu berbagi cerita, saling mensupport tujuan kita masing-masing . Saya dan Bestie ini via chat cerita apa aja, dari kucing, makanan, healthy life, saling berkirim hadiah. Cuma ada satu moment yang bikin saya baper alias sempet males mau ngobrol lagi. Sampai saya menemukan kalimat yang mengingatkan saya

Adillah Sejak Dimulai Dari Dalam Pikiran

Demikian saya baca kutipan dari tulisan Pramoedya Ananta Toer tersebut berulang-ulang. Kata tersebut saya baca melalui buku NLP For Everyday Life : Perjalanan Membingkai Makna karya Mas Teddi Prasetya Yuliawan dan Teh Rita Anggorowati

Di buku Chapter #2 Jika Peta Bukan Wilayah, Mengapa Masih Dipakai? ditulis bahwa manusia pada dasarnya merespon sesuatu berdasarkan peta pikirannya sendiri, atau bahasa lainnya adalah kita merespon sesuatu berdasarkan pola pikir, pikiran, persepsinya masing-masing

Kata-kata tersebut melekat dalam pikiran karena sedang merasa tidak nyaman, merasa bete dengan respon Bestie yang sewaktu saya curhat pribadi via Chat salah satu platform tidak sesuai harapan

Harapan waktu itu, ya dikasih kata-kata yang menurut saya berempati seperti kamu lagi tertekan ya

Justru Dia merespon

Sudah, Stop Jangan berpikir begitu, yuk ubah pola pikirnya

Saya yang semula jadi bersemangat untuk curhat dan mengungkapkan uneg-uneg jadi kayak terputus. Saya pun merasa jengkel dan setelah itu muncul self talk, duuuh salah sharing nie aku. ngapain juga aku capek capek menyampaikan uneg-unegku padahal aku tu gak butuh dikasih nasihat panjang lebar ehhh temanku ini malah kasih nasihat supaya aku melakukan A, B, C, D begitu

Seharian saya yang semula merasa percaya dan merasa senang berteman, kini menjadi berubah menjadi gak mau lagi sharing sama teman saya. sudah pasang kuda-kuda juga untuk chat seperlunya saja

Insight Pun Muncul

Ketika menyimak kata-kata bapak Pramoedya Ananta Toer yang tercantum di dalam buku Perjalanan Membingkai Makna tersebut menjadi insight bagi saya untuk menyadari bahwa persepsi dan pola pikir kita sendiri yang menentukan bagaimana berkata-kata melalui diri sendiri, bagaimana berkata-kata kepada orang lain dan bagaimana tindakan kita

Otak cenderung memilih respon yang sesuai dengan selera kita, kalau gak suka berati gak mau diteruskan. Kalau suka dan nyaman akan membuat kita melakukan secara berulang-ulang

Contoh, ketika mendengar lagu melalui media youtube atau spotify kalau lagunya saya suka dan sesuai selera bisa tuh nyimak berulang-ulang. Coba kalau di lini masa Youtube ditampilkan lagu yang tidak disukai, pasti lagu tersebut akan dilewati

Pikiran kita bekerja dimulai dari persepsi yang saling berkomunikasi melalui panca indra; dari mata, telinga, hidung, lidah, kulit. Lalu informasi tersebut kita olah di dalam sel-sel syaraf di dalam otak dan tersaring sesuai dengan keyakinan yang kita anut. Lalu terjadilah koordinasi antara tubuh-pikiran dan perilaku

Kita menjadi berbicara yang kita pikir betul, kita bertindak yang kita pikir sudah tepat sesuai proses olahan informasi tersebut

Sewaktu teman merespon yang tidak sesuai harapan, saya menjadi berubah persepsi dan pendapat tentang teman tersebut dalam sekejap

Seketika itu, kebaikan yang sering teman saya berikan whooossss kayak hilang gak bersisa. Yang dimaknai dalam pikiran saya adalah teman saya gak pengertian banget siy, kok teman saya sok tahu si

Berikan Jeda dan Berpikir Kembali

Buku Perjalanan Membingkai Makna

Saya lalu mengingat kembali bagaimana teman saya mendukung, bagaimana teman saya yang suka memberikan bahasa cintanya berupa hadiah-hadiah kecil.

Saya mengingat bahwa dia adalah teman yang berusaha untuk memahami

Bahkan ketika saya menyampaikan secara jujur bahwa yang disampaikan tersebut tidak tepat, dia sampai merasa bersalah tidak dapat memberikan dukungan

Saya pun akhirnya belajar untuk merenungkan kembali isi pikiran yang memaknai bahwa teman yang tidak mendukung karena merespon dengan kata-kata stop, jangan berpikir begitu

Waahh ya teman saya bukan seorang Psikolog dan konselor yang terlatih untuk mengucapkan kata-kata yang menunjukkan empati. Teman saya wajar saja merespon dengan kata-kata yang saya maknai tidak mendukung, tidak memahami

Saya juga memberikan informasi ke Bestie, kalau di dalam proses konseling ketika ada yang curhat sebaiknya tidak dipotong, tidak disuruh untuk menghentikan pikirannya, tidak disuruh untuk langsung berpikir positif dll. Itu sama saja dengan menghentikan aliran sampah atau toksin pikiran yang akan dikeluarkan

Biarkan saja dia bercerita lalu diberikan dia dukungan dan kalimat-kalimat yang menunjukkan empati

Dari proses tersebut saya juga belajar tidak berpikir dari sudut pandang diri sendiri. Teman saya pun juga belajar untuk memberikan dukungan kepada teman dengan cara yang baru. Teman saya menyadari memang respon yang ditunjukkan tadi berdasarkan apa yang dia tahu

Saya pada akhirnya belajar melatih ketrampilan memilih milih respon, memaknai pikiran, kata-kata, perbuatan supaya tidak ujug-ujug baper. Memberikan kesempatan bagi diri untuk belajar menjadi netral dan merespon dengan tepat.

Rupanya perjalanan bersama Bestie juga menjadi pelajaran dan proses saya bertumbuh. Bukan semata-mata untuk memberi dan menerima tetapi juga saling belajar

With Love And Smile

Arum Sukma Kinasih

Lihatlah Sekeliling Gua : Pembelajaran Seni Menghadapi Realita

Memasuki Gua Itu….

Memasuki dan melewati Gua itu ada perasaan yang campur aduk

Cemas tersesat karena tidak ada penunjuk arah

Takut karena jalanan licin terkena bekas air hujan

Takut jatuh karena jalanan dan tangga yang sempit

lelah karena sebelum menuju gua kita butuh melewati jalanan yang cukup menanjak. Sewaktu berada di gua menaiki dan menuruni tangga yang landai

gelap dan untuk melihat sekeliling kita butuh senter

Saya merasakan nyali saya tiba-tiba menciut serasa menjadi orang yang begitu takut, lemah.

Saya jadi ingat memori ketika waktu usia sekitar 4 atau 5 tahun yang pernah jatuh dari tangga. Waktu itu saya sedang semangat-semangatnya bermain sambil berlari-larian di tangga hotel yang kami sekeluarga besar tinggali sewaktu ada kerabat yang menikah

Memori saya dibawa ketika kejadian terjatuh dari tangga dari tangga kampus sewaktu saya S1. Saat itu pikiran sedang tidak fokus

Insight Dari Perjalanan di Dalam Gua

Saya belajar bahwa dalam hidup sering mengalami situasi seperti yang terjadi di dalam gua. Kita merasa cemas ketika butuh melewati jalanan yang menanjak lalu juga dapat turun dengan landai.

Kita juga takut menghadapi situasi ketika gelap tidak tahu arah. Saya paling sebel kalau menghadapi ketidakpastian, bingung tentang kondisi masa depan

Kita juga jadi waspada dan overthinking ketika mungkin akan melewati jalan yang licin terkena air hujan dan gelap di sekitarnya

Perasaan cemas ini membuat diri ingin menghindari situasi, bahkan tidak ingin melewatinya

Look At The Bright Side

Ketika pikiran terfokus pada takut melewati jalanan yang licin, landai, tidak tahu arah ke mana lagi ya pintu keluarnya. Kita akan melangkah dengan terburu-buru ingin segera selesai, bahkan tidak ingin melewati jalan itu lagi

Atau kita akan memilih sudah lah aku gak mau masuk ke gua itu. Hiihhh ngapain sih nyusahin aja, bikin capek aja. Males ahh mending duduk di parkiran tempat wisata saja

Ketika Pikiran saya terpusat kepada duuh kok jalannya licin ya, kok tangganya sempit banget siih lha kok tangganya nanjak banget yaaa terus kalau turun gimana aman gak yaa ini

Saya bisa jadi menjadi sulit melihat indahnya seisi gua yang penuh stalaktit dan stalakmit. Saya juga tidak dapat melihat bagaimana bentuk detil dari keunikan stalaktit dan stalagmit yang masih alami. Saya hanya fokus memperhatikan bagaimana melewati jalan dengan aman dan tidak jatuh. Saya juga fokus kepada betapa nyerinya mengingat memory waktu jatuh di masa kecil dan waktu di kampus

Saya bisa saja tidak mampu menghargai kedua partner perjalanan saya yang menjaga dan saling memastikan kami melewati jalanan di gua dengan aman. Kami mengandalkan cahaya berbekal senter yang dimiliki dan disewa di lokasi wisata

Relate Dengan Hidup Sehari-Hari

Menghadapi ketidakpastian, realita yang tidak sesuai ekspektasi memang tidak menyenangkan.

Ingin rasanya menghindari, melarikan diri atau bersembunyi saja supaya aman

Permasalahan dalam hidup, tantangan bisa saja membuat kita putus asa dan lelah namun semua itu butuh keberanian, kebesaran hati untuk melewati

Lihatlah lebih dekat dan hadapi dengan terbuka

Cemas terhadap masa depan, perasaan tidak mampu mengajarkan saya untuk mengakui bahwa saya sedang tidak baik-baik saja. Saya menerima semua pikiran dan perasaan tersebut

Lalu, Saya belajar mengasah ketrampilan menjadi tenang dan rileks. Saya juga melatih kesadaran diri dan mengelola pikiran agar dapat memandu ketika berjalan dengan lebih terarah. Ketrampilan mengelola diri seperti solution focus, ketrampilan manajerial sangat dibutuhkan untuk berjalan lebih terarah

Ketika kita merasa tidak cukup baik dan tidak tahu arah saya bisa meminta dukungan dan bantuan. Ada banyak circle yang terbuka untuk mendukung. Tuhan Pasti Akan Memandu langkah kita

Semarang, 10 Januari 2022

With Love And Smile

Arum Sukma Kinasih

Aku Bukan Mitha ke dua!! (Human Trafficking Awareness For Girls&Ladies) #1

Alone-Sad-Girls-Desktop-Pictures-Lovesove

Gambar diambil dari lovesove.com

Gadis 18 tahun, menghampiri  ke meja saya. Dia mengenakan kaos, jaket sederhana sambil membawa tas ransel. Gadis kelihatan terburu-buru. Sepertinya dia akan pergi ke suatu tempat. 

Nampak ekspresi wajah bingung, lelah dan ketakutan. Tatapan mata tampak kosong dan tidak fokus ketika diajak berbicara.

Dia mengajak saya berbicara dengan cepat seolah-olah ada yang sedang mengejarnya

Mbak, bisa minta tolong untuk mengurus dokumen-dokumenku kayak KTP, ijazah dan paspor 

Dokumenku disita Mami semua. Aku gak menyimpan apapun mbak. Uangpun juga dikasih pacarku. 

Aku hari ini mau berangkat ke Jakarta, sudah ditunggu Pacarku yang Orang Jerman. Kami berencana menikah di Jerman. Kalau di Indonesia namanya nikah Siri mbak, terus jika sudah berjalan beberapa waktu akan disahkan secara hukum.

Saya mempersilakan Gadis untuk beristirahat sambil duduk dan minum lalu mendengarkan keluhan dan alasan meminta dokumen-dokumennya kembali.

Si Gadis mendapat informasi tentang kantor kami dari pacarnya yang berkebangsaan Jerman. Saat itu sang pacar mengarahkan Gadis untuk lapor ke Lembaga Perlindungan Anak terdekat karena mengira ada indikasi kekerasan yang dilakukan oleh ibu. Si Pacar sekaligus memintanya untuk mengambil dokumen-dokumen penting melalui bantuan lembaga guna memperlancar keinginan menikah di Jerman. Si pacar

Pacarku tu prihatin karena aku suka dipukul dan dimarahi mami. Terutama waktu video call sama dia dan melihat bagian tubuhku lebam. Dia gak tega mbak liat aku menderita. Ini lihat mbak, wajahku ada yang lebam. Nanti aku minta pacarku untuk mengirim beberapa foto yang menunjukkan kalau wajahku lebam karena dipukul mami.

Pacarku juga sudah menulis surat Ke Unicef mbak untuk melaporkan kekerasan yang dilakukan oleh Mami. Nanti aku minta dia untuk ngirim juga laporannya

Mami mukul karena gak ngebolehin nikah dengan pacarku.  Dia marah karena pacarku ngajakin nikah padahal dulu Mami sendiri kan yang nyuruh aku nyari pacar. Biar gak jadi perawan tua gitu.  Aku udah dikasih cincin sama pacarku, itu kan artinya dia serius

Mami dan Papi bilang aku masih terlalu muda untuk menikah. Mereka minta aku untuk menyelesaikan kuliahku dulu. Padahal ini kan kesempatan bagus untuk belajar ke luar negeri sesuai cita-citaku. Apalagi pacarku ini kan pengusaha mbak, dia janji akan membantuku untuk kuliah sambil bekerja di Jerman. Saat ini aku juga diminta membantu perusahaan pacarku desain-desain gambar gitu.

Mamah Papah pacarku orangnya baik dan perhatian banget mbak. Waktu Video Call sama mereka, aku kayak diterima

Cuma dari kecil aku memang sering jadi sasaran kemarahan mami. Mami juga suka meledek bagian tubuhku mbak, maksain aku untuk pakai baju yang feminin, pakai rok pendek-pendek dan ketat-ketat gitu. Padahal aku tu maunya ya santai kayak gini. Terus Mami juga suka nyuruh aku untuk foto-foto. 

Aku harus menuruti Mami. Dulu Mami nyuruh aku di SMP ini padahal aku gak suka. Terus aku pengen belajar musik ini, Mami maksa aku belajar musik lainnya. Aku merasa gak dikasih kesempatan Mami untuk berpendapat mbak

Aku juga korban Bully teman-temanku di sekolah SMP terutama yang cewek. Itu adalah masa-masa paling sulit dalam hidupku. 

Aku kan tertekan mbak. Ini ada laki-laki yang perhatian, baik dan mendukungku Mami melarang. Impianku HANCUR

Aku rasanya kayak jadi Mitha kedua (Gadis menyebut nama ibu). Mami suka maksa-maksa aku kayak jadi dia. Dan aku gak mau jadi Mitha kedua!!

Sepertinya, ada yang perlu diklarifikasi dari informasi Gadis

Akhirnya saya meminta Gadis untuk menunda dulu perjalanannya ke Jakarta karena berencana mengundang ayah dan ibu untuk datang konfirmasi ke kantor. Gadis setuju ketika orangtuanya dikontak untuk konfirmasi.

 

BERSAMBUNG

With Love

Arum Sukma Kinasih

Ketika KASIH Adalah Jawaban (Catatan Cerita dari Pecandu NAPZA) #2

family_painting_grandfather_grandson_park_icons_cartoon_design_6838130

gambar diambil dari family painting grandfather all-free download.com

Bagi saya, Ronni saat ini hanya butuh pengasuhan yang penuh KASIH bu………

Saya menyesal sudah melakukan tindakan yang keras  dan mengabaikan perasaan  Ronni. 

Ia sangat membutuhkan kasih sayang yang tidak didapat dari orang tuanya sehingga mudah terpengaruh lingkungan yang tidak mendukung kepribadiannya

Eyang Putri juga kini luluh setelah tahu Ronni menggunakan pil itu. Ia nampak menyesal memukuli Ronni jika menurut beliau berbuat nakal. 

Apalagi setelah keduanya meminta maaf dan bersimpuh kepada kami menyesali perbuatannya

Di sesi konseling bersama keluarga sekaligus menginformasikan hasil Pemeriksaan Psikologis awal terhadap Ronni, Kakek nampak menerima hasil pemeriksaan dengan menunjukkan wajah yang penuh beban.

Saya memahami kakek sudah merasa khawatir dengan kondisi Ronni yang masih kecanduan NAPZA.  Sebelum berproses bersama kami, kakek merasa ada yang janggal dari perilaku Ronni.  namun ia mengelak menerima kenyataan tersebut.

Ibu angkat Ronni sudah menyampaikan kemungkinan penggunaan NAPZA namun kakek bersikeras menolak. Beberapa kali mengungkapkan kepada ibu angkat,  Ronni baik-baik saja dan tidak menggunakan NAPZA.

Nampak muncul ingatan kejadian beberapa belas tahun lalu kegagalan ayah Ronni terulang kembali.

Ia menyimpan perasaan kecewa dengan kegagalan ayah Ronni menyelesaikan kuliah S1.  Perjuangan cukup berat untuk dapat menyekolahkan anak-anak hingga kuliah.

Ia juga merasa kecewa ayah pernah terlibat kasus hukum dengan kekerasan, belum mapan secara ekonomi dan memiliki pekerjaan yang tidak tetap.

Di usia yang sudah senja, 77 tahun ia mulai merasa khawatir dengan kondisi kesehatannya. Ia nampak merasa khawatir jika suatu saat meninggal mendadak,  Ronni dalam kondisi belum mandiri dan masih menggunakan NAPZA.

Kami memutuskan untuk meminta bantuan kepada Yayasan rehabilitasi yang menjadi mitra Badan Narkotika Nasional (BNN) karena pertimbangan lokasi yang dekat dengan panti tempat tinggal Ronni. Kami juga memutuskan untuk meminta pendampingan dari yayasan tersebut karena ingin agar Ronni dapat dipantau dan didukung secara personal.

Apalagi salah satu pendamping yang bertugas pernah jadi pecandu NAPZA. Kami membutuhkan figur pendamping yang dapat memposisikan diri sebagai teman dan memahami kondisinya. Apalagi di yayasan tersebut sudah tergolong lengkap untuk proses pendampingan dari channel medis, psikososial dan juga pendampingan untuk keluarga. Berdasarkan proses asesmen,  Ronni belum butuh rehab secara medis, cukup pendampingan secara Psikososial.

Sewaktu berdiskusi dengan seorang teman yang menjadi pendamping di bidang NAPZA, saya menerima edukasi tidak semua pengguna NAPZA butuh melewati proses rehabilitasi medis terlebih dahulu.

Apalagi bagi pengguna yang bersifat situasional seperti Ronni. Tergantung pula zat yang digunakan. Setiap zat memiliki tingkat keparahan sehingga proses rehabilitasipun berbeda.

Waktu itu kami mendapat referensi dan arahan untuk melakukan rehabilitasi di Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) yang memiliki program bagi para pecandu. Kami bertanya informasi detil program dengan pihak RSJD dan referensi tersebut dapat dipertimbangkan jika Ronni membutuhkan

Saat ini proses pendampingan dari yayasan adalah memberikan kekuatan untuk mengelola pikiran dan emosi terhadap keinginan menggunakan pil. Yayasan juga memberikan dukungan untuk melakukan aktivitas dan lingkungan yang positif agar kebutuhan emosi Ronni untuk diterima, harga diri dan aktualisasi diri dapat terfasilitasi. 

Saya rasa, Proses belajar Ronni belum selesai. Dia sedang berproses menjadi pribadi yang kuat. Keluarga mulai berperan memberikan kekuatan agar Ronni merasa dicintai dan diterima. Dari kakek pun mulai belajar untuk mengelola emosi dan menerapkan pengasuhan yang positif dengan cucunya. Ibu angkat juga tetap menengok Ronni di panti 

Jika membaca di cerita sebelumnya, Roni ingin tinggal sendiri karena merasa ditolak oleh lingkungan sekitarnya. Ia benci dengan ayah, kehilangan ibu, merasa ditolak oleh eyang kakung dan eyang putri yang melakukan kekerasan. Ia juga merasa ditolak karena ibu angkat merasa kewalahan dan harus fokus kepada keluarganya sendiri. Ia menjadi merasa sendiri, ditolak kehadirannya karena harus pindah dari satu panti ke panti lainnya. Pantas saja jika dia ingin hidup sendiri.

Saya pernah belajar dari suatu seminar bahwa kecanduan bukan hanya zat adiktif berwujud NAPZA namun ada yang lain seperti makanan tertentu, cinta/relasi, barang-barang tertentu.  Salah satu penyebab orang kecanduan adalah kebutuhan akan Efek dopamin, yaitu zat kimia di dalam otak yang bertugas untuk memunculkan perasaan gairah, motivasi, kebutuhan mendapatkan hadiah akan perilaku tertentu, motorik. Saya berkaca dengan diri sendiri yang kadang ingin makanan tertentu ketika merasakan muncul kebutuhan emosi tertentu. Ketika mengalami emosi dan kebutuhan emosi yang tidak nyaman, prosesnya butuh perjuangan untuk mengendalikan. Apalagi dengan yang memiliki kecanduan terhadap NAPZA??? 

Pendamping Ronni pun bercerita dia sempat memiliki keinginan untuk menggunakan kembali ketika momen-momen sendiri, bosan dll. Hemmm….padahal beliau sudah berhenti dan bekerja menjadi pendamping.

Proses terakhir dari konseling bersama Kakek :

Kami sangat bersyukur bu, Ronni sekarang sudah menunjukkan ekspresi wajah yang tidak keras seperti sebelumnya. Wajahnya mulai lembut dan ceria. Ia juga sudah mulai memahami kondisi keuangan kakeknya ketika menginformasikan ada study tour di sekolah. Ronni tidak memaksa kami untuk membiayainya dan harus ikut. 

Dulu, Roni sangat keras jika memiliki keinginan.

Saya mendengar dari Ronni setelah diberikan arahan oleh mas dari Yayasan, ia mulai menyadari dan menunjukkan perubahan perilaku.

“Kalau kamu pakai terus, mau jadi apa? Kamu gak akan bisa berkembang jika selamanya menggunakan NAPZA?”

Kata-kata dari pendamping Yayasan rehabilitasi NAPZA merupakan titik balik bagi Ronni untuk berproses berhenti menggunakan. Ia juga berproses untuk meninggalkan lingkungan yang mencetuskan dirinya menggunakan rokok, minuman keras dan pil.

Ia kini sudah mulai fokus untuk berjuang lulus SMP dan dapat melanjutkan pendidikan di SMK di bidang yang diminati. Ronni juga sudah melakukan kegiatan yang disuka, yatu Futsal

Terima Kasih banyak Rekan-rekan yang sudah memberikan informasi, edukasi dan rekomendasi untuk pendampingan Psikososial bagi Ronni 🙂

Bagi Rekan-rekan yang belum menyimak cerita seri 1 bisa membuka di link AKU MAU HIDUP SENDIRI (CATATAN CERITA DARI PECANDU NAPZA ) #1

Cinta adalah sumber kekuatan dan tugas belum selesai untuk Ronni dan untuk keluarga….serta keluarga lainnya………

Hanya Cinta Yang Bisa Mendamaikan Benci

Hanya Kasih Sayang Tulus Yang Mampu Menembus Ruang dan Waktu

(Hanya Cinta Yang Bisa, Agnez Mo Feat Titi DJ)

 

WITH LOVE

Arum Sukma Kinasih

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

AKU MAU HIDUP SENDIRI (CATATAN CERITA DARI PECANDU NAPZA ) #1

WALKING ALONE. DOKUMENTASI PRIBADI DI PALU

AKU MAU HIDUP SENDIRI, GAK MAU TINGGAL SAMA SIAPA-SIAPA…
Ia memandang kami dengan tatapan wajah yang dingin dan datar. Tapi dia cukup terbuka dengan yang dirasakan meskipun baru pertama kali bertemu.

Saya merasa, ia butuh teman bicara. Itu saja.

Sebut saja namanya Roni. Ia berusia 16 tahun, kelas 3 SMP dengan tinggi badan sekitar 170 cm.

Wajah Roni tampan jika tidak……….

Hemm sayang ya mbak. coba kalau terawat ganteng dan hitam manis tu anak. Apalagi ada keturunan TNI gitu kan. Tingggi dan bongsor banget. Begitu celoteh Dari partner saya sepulang dari pemeriksaan Psikologis terhadap Roni.

Saat ini Roni tinggal di Panti asuhan. Ia sering dianggap sebagai trouble maker sehingga beberapa kali pindah panti asuhan. Pengurus panti tidak sanggup mengasuh Roni karena beberapa kali kehilangan uang puluhan juta dan barang-barang property panti.

Dan, pencurinya adalah Roni.

Roni juga sering terlibat perkelahian dengan teman-temannya.

Kakek, nenek dan ibu angkatnya juga kehilangan uang puluhan juta. Kakek sempat kehilangan cincin kawin dan juga barang-barang di rumahnya.

Semula Ronni dan kakak perempuannya tinggal bersama ayah.  Kakek akhirnya menjadi wali karena ibu dan keduanya menjadi korban kekerasan dari ayah. Ibu meninggal dunia ketika Roni Balita. Ayah saat ini kondisi perekonomiannya tidak mampu untuk mengasuh anak-anaknya.

Hanya saja karena keterbatasan tenaga, usia dan keuangan, kakek meminta bantuan Panti untuk mengasuh keduanya.

Ketika bercerita tentang keluarga melalui papan catur tampak air mata yang tertahan. Ia nampak menahan emosi agar tidak menangis di depan kami.

Kami bermain papan catur sebagai media mengenal diri dan keluarganya.

Dia memilih posisi catur yang menggambarkan dirinya “sebagai benteng”. Posisi yang dipersepsi bertahan dan berjaga-jaga. Apakah dia tidak merasa nyaman dan selalu berjaga-jaga ketika berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya? Let we see

Menurut Roni, dia memilih benteng karena ingin berada di mana saja dia suka.

Aku dendam dengan ayah. Aku melihat ayah memukul ibu jika merasa marah. Mungkin ayah yang menyebabkan ibu meninggal.
Saat itu aku berusia 3-4 tahun. Aku hanya bisa menangis. Ayah juga sering memukul aku dan kakak. Ayah yang ngajari aku merokok dan minum minuman keras seperti sekarang.Aku sering dicekokki minuman keras sama ayah.
AKU TIDAK MAU MEMAAFKAN AYAH SAMPAI KAPANPUN!!!
Kalau saya pindahkan posisi biji catur tentang ayahmu saya pindahkan dekat dengan si benteng ini bagaimana???

Aku tidak mau ini dekat-dekat!!

Kalau saya letakkan jauh, bagaimana???
Ya gak papa….
Rupanya dia tidak mau meletakkan ayah dekat dengan dirinya
“Lalu, Bagaimana dengan eyang kakung”, Tanya saya
Eyang kakung baik dan sayang.  Beliau perhatian ke aku dan kakak. Aku sayang dengan kakek hanya saja……
Cuma, kakek Sering memukul aku dengan sabuk jika nakal. Memang aku anak nakal si

Kalau biji catur tentang kakek saya pindahkan jauh bagaimana? (sambil saya mengambil biji catur yang ia persepsi sebagai kakek)

Ya gak papa

Kalau dengan Eyang putri, bagaimana?

Eyang putri galak dan sering mengomel.

Lalu kalau saya letakkan biji catur tentang nenek ini agak jauh bagaimana??

Ya gak papa

Sekarang coba kamu ambil biji catur yang kamu anggap sebagai kakak.

Kakak dan aku sering berantem. Saat ini kami berjauhan jadi jarang ngobrol. Aku merasa iri dengan kakak yang punya prestasi.

Kamu mau cerita siapa lagi??

Ibu….

(Ia punya ibu angkat yang dipanggil ibu atau mamah). Ia mengambil biji catur ratu berwarna putih.

Aku menganggap ibu seperti ratu. Ia baik dan perhatian. 

Permainan papan catur berakhir di sosok yang dipanggil ayah (suami dari ibu angkatnya). Ia tidak mau atau enggan bercerita tentang teman-temannya.

Ia menjawab tidak apa-apa jika posisi “keluarganya” jauh. Ketika saya tanya posisi keluargamu sebaiknya di mana menurtmu??

Di dekat aku. Di sekeliling benteng. Tapi TIDAK UNTUK AYAH…..

Oke Roni, Kamu memilih tinggal dengan siapa dari keluargamu ini kalau sudah tidak tinggal di panti asuhan??

Kamu pasti tidak akan selamanya tinggal di panti??

Gak mau sama siapa-siapa…Aku mau tinggal sendirian saja. Aku mau kerja…

Ronni bercerita ia menggunakan NAPZA ketika berada di panti. Ia pun bercerita di mana mendapatkan barang-barang tersebut. Menurut informasi dari Ronni, ia mengonsumsi pil jika sedang sedih. Ia tidak ingin menghindari dari merasa sedih, marah, dendam dengan pil

Aku pakai kalau lagi ada masalah saja.

Partner saya bertanya, kamu masih menggunakan minuman keras saat ini??

Iyaaa, aku masih minum kalau lagi ada masalah juga. cuma milih makai pil karena efeknya lebih lama

 

(Persembahan Spesial Untuk pemilik cerita)

Semoga kamu menemukan jalan yang semakin terang untuk pertumbuhanmu ya ….

BERSAMBUNG
With Love
Arum Sukma Kinasih

Persembahan CINTA untuk Negeriku melalui “Beautiful Soul Growth&Wellbeing Center” #4pilarmpr #NgobrolbarengMPRRI

C360_2017-09-16-11-24-18-489

berfoto bersama ibu Siti Fauziah Kepala Sekretariat Humas MPR RI 

Hari Sabtu, tanggal 16 September 2017 lalu bersyukur berkesempatan mengobrol bersama MPR RI di hotel Grandhika Semarang. Tema yang menjadi obrolan kali ini sangat menarik.

Terima kasih untuk lembaga tertinggi negara, MPR RI yang mulai “melirik’ para netizen seperti blogger untuk ikut mensosialisasikan #4pilarmpr sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Narasumber di pertemuan tersebut ada

  1. Siti Fauziah, Kepala Sekretariat Biro Humas MPR RI
  2. Ma,ruf Cahyono, SH.,MH sekretariat jendral MPR RI
  3. Dr.Bambang Sadono, SH., MH Kepala Pengkajian MPR RI, politisi yang juga dahulu berprofesi sebagai wartawan

Salah satu teman kuliah ikut berkomentar di postingan tentang gathering MPR bersama netizen Semarang FBku, jika pertemuan dengan blogger dan vlogger menarik untuk menyemarakkan ] demokrasi di Indonesia.

Yess, it’s true…

buat aku itu adalah langkah yang keren bangeett

Apalagi di era yang serba teknologi informasi saat ini, media sosial serta blog merupakan sarana yang paling mudah diakses oleh setiap kalangan. Informasi yang diberikan juga disajikan lebih menarik menyesuaikan karakter si blogger.

Peran blogger yang notabene lebih stylish tentu bisa menjadi pembuka wacana serta insight terutama kepada  pihak yang sudah pragmatis dengan kondisi negara kita

Angka korupsi yang sangat tinggi

Issue-issue perpecahan karena agama

Maraknya demonstrasi

Kasus Narkoba

Adanya berita-berita hoax yang memancing emosi pembaca yang berakibat 

Indonesia dilihat jelek banget oleh rakyatnya sendiri.

Mau jadi apaaa masa depan  bangsa kita nanti

Padahal, kita punya nilai-nilai luhur dari para pendiri Bangsa.

Pasti lebih menarik dan kreatif ya membahas tentang wawasan kebangsaan yang notabene berat, banyak aspek jadi terasa menarik dan merakyat  🙂

Cuma, menurut aku nilai-nilai luhur Bangsa Indonesia selama ini belum menjadi bagian dari diri kita karena baru sebatas hafalan di sekolah maupun ketika melakukan tes untuk bekerja di instansi pemerintah.

Oiya jadi ingat dulu waktu mata pelajaran PPKN ada satu guru yang mewajibkan satu kelas menghafal isi UUD 1945 dan jika salah atau keliru menghafal,

hukuman pun menanti

Push up bagi yang laki-laki, squad jump bagi yang perempuan

hemmm membuat memori tentang wawasan kebangsaan jadi buruk ya. Gimana mau membuka hati untuk menerima nila-nilai mulia yang negara kita miliki.

Udah bete dan eneg duluan kalau disuruh menghafal doang tanpa diberikan edukasi serta ajakan untuk praktek tentang makna 4 Pilar MPR berupa

  1. Pancasila
  2. UUD 1945
  3. NKRI
  4. Bhinneka Tunggal Ika

IMG-20170916-WA0038

3 Narasumber dari MPR RI

Aku share yang aku simak tentang makna Pancasila ya,

Sila I

Sila pertama yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa memiliki makna Indoesia adalah negara yang religius yang agama dijadikan landasan moral.

Sila II

Sila kedua yang berbunyi Kemanusiaan yang adil dan beradab bermakna bahwa negara kita memiliki rakyat yang sangat humanis, penuh cinta kasih dan empati

Sila III

Sila ketiga yang berbunyi Persatuan Indonesia bermakna yuk kita bersatu. Daripada berantem abis baca berita-berita hoax.Daripada berantem dan rusuh karena berbeda pendapat, berbeda agama mending  berkolaborasi membuat karya.

Sila IV

Sila keempat berbunyi Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dan kebijaksanaan dalam permusyawaratan, perwakilan bermakna yuk kita bermusyawarah. Yuk kita ngobrol bareng

Sila V

Sila kelima berbunyi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

 

C360_2017-09-16-10-01-46-168 (1)

Persembahan untuk negeriku

Sebagai seorang Psikolog Klinis yang mendalami bidang kesehatan mental, aku juga belajar mempromosikan nila-nilai luhur negara Indonesia lewat karya meskipun sederhana dan belum untuk skala besar.

Karya sederhana yang aku buat lewat kolaborasi bersama rekan-rekan sesama profesi, sesama alumni Psikologi serta dari berbagai macam profesi melalui wadah Beautiful Soul Growth&Wellbeing Center

Beautiful Soul terinspirasi dari pandangan Psikologi Humanis dan Psikologi Transpersonal yang menyatakan bahwa setiap individu memiliki potensi alami BERUPA DORONGAN untuk ke arah kebaikan serta ke arah pertumbuhan.

Manusia pada dasarnya mendapat anugerah dari Tuhan YME berupa potensi positif berupa CINTA, PENGHARGAAN, PENOLONG, KREATIF, KEIMANAN yang sudah ada sejak lahir

Aku rasa, nilai-nilai tersebut selaras dengan nilai-nilai Pancasila ya 🙂

Jadi, kalau negara kita sangat tinggi angka korupsinya, sedang marak isu perpecahan,

Apa yang sedang terjadi??
Padahal kita sudah diberikan potensi “HADIAH SPESIAL” DARI TUHAN

CINTA

PENGHARGAAN (TERIMA KASIH)

DLL

Tugas kita bersama adalah merawat anugerah tersebut supaya menjadi manusia yang seutuhnya.

Aku berkolaborasi membuat event-event yang bertujuan untuk merawat potensi yang sudah diberikan Tuhan tersebut.

Kegiatan tersebut berupa

Yoga

Yoga merupakan latihan olah tubuh, nafas, pikir/rasa yang memang bukan berasal dari Indonesia namun cukup populer dan diterima. Yoga merupakan filsafat hidup kuno yang bermakna kesatuan yang harmonis  dari fisik, mental maupun spiritual. Yoga juga memiliki 8 Filsafah hidup yang terdiri atas ajaran untuk praktek :

Yama (nilai-nilai moral seperti antikekerasan, rasa percaya, kejujuran)

Niyama (kedisiplinan diri melaksanakan nilai-nilai dari Yama)

Asana (gerakan olah tubuh yang lembut dan dinamis)

Pranayama (Olah nafas sebagai bentuk kesadaran diri terhadap tubuh dan pikiran)

Pratyahara (latihan kesadaran diri untuk berkontemplasi seperti puasa, mengendalikan nafsu)

Dharana (;atihan pemusatan perhatian, konsentrasi)

Dyana (latihan meditasi)

Samadhi (menjadi manusia yang seutuhnya dan penuh damai)

Lewat latihan asana, pranayama, dharana dari 8 falsafah yoga tentu tubuh dan pikiran menjadi sehat serta bugar. Kalau tubuh serta pikiran tenang dan damai pasti energi tidak habis untuk membenci dan menyakiti orang lain ya 🙂

47

Kolaborasi bersama Akhlis Purnomo, instruktur yoga dan pegiat Komunitas Yoga Gembira Jakarta 

82

Yoga bersama Akhlis Purnomo Dokumentasi Beautiful Soul

93

Workshop Yoga bersama Akhlis Purnomo di Basilia Natural Kitchen Cafe&Dine tanggal 30 Juni 2017 Dokumentasi Beautiful Soul

Workshop Women Circle, Memeluk Diri Sendiri 

Workshop yang diselenggarkan bertepatan dengan Hari Kemerdekaan RI di Talisman Rotisserie tersebut diisi oleh mbak Dyah Pratitasari, trainer bersertivikat untuk trauma healing dari Capacitar Internasional.

Masing-masing individu memiliki luka dari kejadian sehari-hari maupun yang besar seperti perpisahan, kematian dll.

Jika luka tersebut kita terima dengan penuh cinta, maka pikiran menjadi lebih tenang dan kita dapat melaksanakan tugas dan kewajiban dengan nyaman. Kita juga dapat berinteraksi dengan orang lain lebih rileks.

salah satu Tujuan kami berkoborasi melalui women circle adalah supaya para wanita saling mendukung dengan penuh penerimaan, tanpa penghakiman. Tahu sendiri kan ibu-ibu, suka saling nyinyir hihi 🙂

Ada satu yang menarik. Mbak Dyah Pratitasari berbagi jika kita bergerak, makan pikiran pun lebih segar. Adakalanya, kita menjadi penuh emosi marah, takut tanp asebab karena kurang bergerak. Salah satu sesi khusus dari women circle adalah bergerak lewat tarian.

DSC_0032

Dokumentasi Beautiful Soul

 

DSC_0288

MOVE ON AND MOVE UP Dokumentasi Beautiful Soul

 

DSC_0056

Dokumentasi Beautiful Soul

 

Workshop bulan September dan Oktober 2017

Bersama rekan satu alumni Psikologi UGM angkatan 2001 Wahyu Bramastyo. Temanku yang super keren dan penuh passion ini akan mengisi workshop P.U.L.A.N.G tentang mengenali dan menyadari PASSION tanggal 30 September 2017 dan workshop menumbuhkembangkan lingkungan sahabat anak untuk menurunkan dampak kekerasan bullying tanggal 1 Oktober 2017

21569122_1914854622116598_5704228868492099584_n

 

 

21480046_348009345635175_9164334146548400128_n

 

hihi sekalian ngiklan ya guysss….

Yuk Berkarya untuk Indonesia…..

Isi Hari-Hari Indahmu dengan

CINTA

PENGHARGAAN

Because

You are LOVED…..

 

WITH LOVE

Arum Sukma Kinasih

Psikolog Klinis yang hobi nulis dan yoga

 

 

THE MOST WANTED PERSON RIGHT NOW!!: LAKI-LAKI DEWASA DAN BERTANGGUNG JAWAB

Bojone anakku kie mbak, sudah dua tahun tidak menafkahi lahir batin!!!.  Anakku kie dikonokke mung meneng wae. Sedih aku anakku disio-sio ngene

(Suami anakku tu mbak, selama dua tahun sudah tidak menafkahi. Anakku diam saja diperlakukan seperti itu. Sedih rasanya melihat anakku disia-siakan)

Si ibu tersebut berbicara kepada saya dengan ekspresi wajah yang nampak lelah namun menyimpan kemarahan. Nampak nafasnya tersengal-sengal, beberapa kali nampak menghembuskan nafas serta wajah merah. Beliau nampaknya enggan menjawab lebih lanjut pertanyaanku yang ingin tahu lebih detil bagaimana maksud si suami anak ibu disebut tidak bertanggung jawab.

Wis pokoe rak tanggung jawab mbak, padahal saiki nduwe anak siji barang (pokoknya ya tidak bertanggung jawab. Apalagi saat ini sudah punya satu anak)

Saat itu aku sedang sedang duduk dengan posisi berada di depan beliau di ruang tunggu persidangan pengadilan agama. Di pengadilan agama tersebut aku diminta oleh seorang teman menjadi saksi persidangan kasus perceraiannya. Pernikahan temanku baru berjalan 1 tahun namun sudah tidak dapat dipertahankan karena si pihak tergugat (suami) tidak menafkahinya lahir dan batin. Temanku justru yang selama ini membiayai kehidupan rumah tangga dari pangan, kebutuhan sehari-hari bahkan Sst, untuk nafkah batin pun juga temanku ini yang berusaha luar biasa (itupun tidak mendapat respon menyenangkan).  Rumahpun mereka tinggal di tempat si istri. Dan apa yang dilakukan si tergugat??

Suami temanku ini rupanya memiliki hutang dari kartu kredit dalam jumlah besar (temanku bahkan tidak tahu berapa besar jumlah hutangnya) dan aku mengamati dia tidak peduli dengan kehadiran istrinya. Dia lebih banyak menghabiskan waktu bersama mahasiswanya di kampus bahkan di luar kampus serta tidak ada usaha untuk berinteraksi serta berkomunikasi lebih intim dengan temanku sebagai istri.

Di sesi terakhir aku bersaksi, salah satu bapak Hakim anggota bertanya, apakah pernikahan penggugat dan tergugat masih dapat dipertahankan, mungkin bisa disatukan lagi lewat mediasi dengan bantuan mbak sebagai Psikolog atau konselor Perkawinan???

I said NO sir, Pondasi mereka berdua di awal sajakurang kokoh. Ketika mempersiapkan pernikahan temanku sudah merasakan tanda-tanda si laki-laki ini tidak memiliki niat serius untuk menikah. Untuk hal-hal kecil seperti mengurus surat nikah, foto-foto pernikahan itu harus didesak dan diuruskan oleh temanku. Alasan tersebut bukan karena si laki-laki ini sibuk dengan pekerjaannya. Aku juga mendengar bahwa si laki-laki mau menikah karena alasan temanku sudah memiliki rumah peninggalan orangtua. So, dia ingin punya tempat untuk tinggal gratisan??

Kisah Lain

Lain cerita, ada seorang teman yang berkonsultasi bahwa saat ini tengah bimbang dan sudah mati rasa dengan suami serta pernikahannya. Dia nampak lelah dan ingin mengakhiri kehidupan pernikahannya karena tidak kuat menikah dengan suami yang menurutnya kekanak-kanakan. Aku sendiri menyimpulkan suami temanku belum siap menjadi suami, kepala keluarga serta ayah karena masih berkutat dengan unfinished bussiness masa lalunya. Suami nampak ogah-ogahan ketika diajak mengikuti kelas persiapan persalinan oleh istrinya bukan karena dirinya sibuk bekerja dan tidak ada waktu.  Ketika temanku dalam proses pemulihan pasca persalinan cesar, si suami ini justru mengeluh tidak diurus ketika dirinya sakit flue dan tidak ada waktu untuk menengok putrinya yang baru lahir karena menjalani pernikahan beda kota. Bahkan sempat nyeletuk, lhooo bukannya yang mau anak ini adalah kamu?? (nunjuk temanku).

Noted dari aku yang gemez: Aduh mas, kalau udah menikah ya itu adalah tanggung jawabmu juga to kalau punya anak???

Usia Sebagai Tekanan Untuk Menikah???

Apa yang dikatakan orang sekitar tentang teman-temanku ini?
Ibu mertua teman yang aku jadi saksi perceraiannya pernah berkata, Mbak kan sudah berumur makanya, saya pengen cepat-cepat menikahkan anakku sama embak. Nanti tolong dijaga ya mbak anak saya ini.

Lagi-lagi usia sebaiknya tidak jadi patokan seorang wanita dan desakan lingkungan untuk segera menikah. Menurutku, imho (in my humble opinion)  memutuskan menikah karena usia serta desakan lingkungan sekitar adalah bukan alasan tepat bahkan sangat berisiko jika niat, komitmen, pondasi lahir dan batin masing-masing pihak baik wanita maupun pria belum kokoh.

Selain usia, semata-mata sudah mentok karena merasa cinta, merasa sudah klik adalah alasan yang menurutku wajib ladies waspadai. Aku pernah dibilang picky (pemilih) dan mementingkan karier dengan kondisiku yang sekarang single. Yups, Anda salah besar!.  Aku justru merasa mudah jatuh cinta dengan tipe laki-laki tertentu dan kadang sulit melepaskan perhatian darinya meskipun  dia dalam posisi tidak available atau not that into me. Aku orang yang sangat merasa sedih dan terluka disebut terlalu mementingkan karier.

Aku pernah menangani kasus kekerasan lahir-batin oleh seorang suami kepada istri yang sudah mendampinginya sejak dirinya belum memiliki materi serta jabatan. Suami ini sudah menyakiti dengan memukul ketika mereka berdua bertengkar bahkan  di depan anak pertamanya. Si anak pertama sampai berkali-kali diopname karena psikosomatis (sakit fisik yang disebabkan oleh pengaruh psikologis).  Belum lagi, di luar pulau sana, si suami ini rupanya berselingkuh dengan rekan sekantor. Si istri saat itu sangat berat memutuskan lanjut atau berhenti karena alasan cinta dan merasa dia yang sudah berperan membantu dan mensupport suaminya dari bawah. Note: Secara pribadi, duuuhh gregetan saiah.

Aku sangat memahami dan menghargai laki-laki secara agama memiliki tanggung jawab yang besar menjadi Imam. Tanggung jawab itu berupa di dunia dan akhirat dan sudah tercantum dalam kitab suci Al Quran. Pasti ada hikmahnya mengapa Allah memberikan laki-laki  tanggung jawab sebagai pemimpin rumah tangga. Aku sekarang paham dengan air mata kakak sewaktu mengucapkan ijab qabul di akad nikahnya. Waktu itu aku sempat berpikir, kakakku cengeng banget ya akad nikah kok ndadak nangis. Ketika mengamati kondisiku sendiri,  teman-teman bahkan klien yang berkonsultasi, aku jadi paham arti air matanya.

Ada artikel menarik tentang alasan laki-laki menutuskan menikah, silakan dibaca di link berikut  https://azzahrawo.wordpress.com/2014/05/06/keanehan-laki-laki-dalam-memutuskan-menikah/  Ada survei yang dilakukan oleh Psikiater Alan Gratch, PhD tentang faktor penting yang mendorong lelaki untuk berkomitmen lebih serius dalam menjalin hubungan dengan perempuan. Faktor penting itu adalah tentang kesiapan menikah.

Banyak perempuan berpikir bahwa lelaki pasti akan segera melamar jika dia sudah menemukan perempuan idaman yang paling cocok dengan harapannya. Perempuan juga berpikir bahwa lelaki pasti akan melamar jika dia memang benar-benar cinta. Tapi Alan Gratch berpendapat berbeda. Ternyata cinta dan kecocokan saja tidak cukup bagi lelaki untuk segera melamar dan menikahi kekasihnya.

Ada faktor yang sangat penting bagi laki-laki, yaitu kesiapan. Gratch yang selama 25 tahun meneliti dunia percintaan lelaki menemukan, sebanyak 49% lelaki menikah karena faktor telah menemukan “the one”, sedangkan 51% lelaki menikah karena faktor kesiapan.

Kecocokan itu memang penting bagi kaum lelaki, namun jika kesiapan dalam dirinya belum memadai, maka tidak ada yang dapat memaksanya untuk menikah, bahkan oleh perempuan yang telah merasa sebagai “the one” bagi lelaki itu sekalipun. Tetapi anehnya, lelaki akan mudah menemukan perempuan yang tepat di saat ia merasa telah siap untuk menikah. Tidak memerlukan waktu yang terlalu lama bagi laki-laki untuk segera menemukan jodohnya saat ia sudah merasa memiliki kesiapan menikah.

(noted: Menarik dan membuka wawasan yaaa) 🙂 

Aku sangat menghargai laki-laki yang bekerja keras untuk mempersiapkan pernikahan dan mulai saat ini aku pasti akan mempertimbangkan jika hadir seorang laki-laki yang sudah “siap” bukan semata-mata karena aku tertarik, “feel something” entah karena dia punya kualifikasi seperti ganteng, smart, kaya raya, punya pekerjaan yang mapan, punya hobi yang sama.

Pernah kepikiran, duhhh emang stok laki-laki bertanggung jawab dan dewasa di dunia ini sudah menipis kali ya 😦 kok banyak  teman-teman dan klienku yang menikahi seseorang dengan tubuh dewasa tapi kepribadian the little boy (or malah the baby boy???)

I don’t think so, I trust to Allah di luar sana banyak laki-laki ready for commitment lahir&batin, “waras/mindful/sadar” treat you with full kindness/cinta kasih, respect you as you are, yang dewasa dan bertangung jawab. Dan tentu saja, he must be into you. You just find him with your full attention, not with your bad emotion. Jangan grusah grusuh dan terpengaruh desakan, tuntutan orang luar untuk memutuskan yang satu ini.

laki2 2PENGARUH KEPRIBADIAN DAN POLA ASUH PEMBENTUK LITTLE BOY

Aku mengamati, dari cerita teman-teman dan juga klienku yang memiliki tipe suami a little boy memiliki pola asuh yang terlalu dilindungi serta cenderung merasa diabaikan. Suami Temanku yang sedang proses perceraian itu mengalami pola asuh yang cenderung dilindungi karena memiliki keterbatasan di salah satu bagian fisiknya. Bisa jadi karena Orangtua merasa takut terjadi bahaya dengan anak laki-lakinya, akhirnya memperlakukan dirinya sebagai anak yang selalu dilindungi, bahkan ketika pernikahan berada di proses perceraianpun orangtua masih melindungi anaknya, dengan meminta temanku untuk tetap menampung tinggal di rumahnya.

Suami temanku yang sudah merasa lelah menjalin pernikahan ini rupanya memiliki latar belakang pola asuh yang cenderung diabaikan karena orangtuanya sudah meninggalkan dia tumbuh sendiri. Mungkin ada banyak lagi yang mempengaruhi seorang laki-laki tidak tumbuh secara dewasa.

PERHATIKAN KECENDERUNGANMU,  LADIES

Saat ini usiaku sudah terbilang sangat sangat matang. Teman-teman seusia dan lebih muda saja rata-rata sudah menikah dan memiliki anak (lebih dari 1 atau 2).

Dulu aku sempat merasa minder dan malu dengan statusku yang masih single dan jomblo even sampai detik ini. Sekarang, aku merasa bersyukur  tahun 2015 berani meninggalkan proses taaruf yang sudah menyedot energiku sehingga butuh  pemulihan sekitar 1 tahun dengan laki-laki yang secara usia sudah sangat matang (usia 30an lebih namun kelakuannya seperti a little boy bahkan baby boy).

Aku  meyakinkan diri sendiri, meskipun usia sudah matang aku percaya mendapatkan jodoh yang matang dan bertanggung jawab dan “waras” lahir batin. Bukan tipe orang yang menyedot energiku dengan cerita keluhan-keluhannya tentang masa lalunya, tentang kekurangannya. Bukan pula laki-laki yang merasa terancam dengan posisiku sebagai Psikolog lulusan S2 sehingga dia mengajakku untuk jualan gorengan atau berada di rumah saja. Beberapa bulan menjalani interaksi dengan dia meskipun kebanyakan lewat BBM, energinya membuatku menjadi orang yang paling bodoh sedunia, gak punya cita-cita dan tujuan hidup. Apalagi seumur hidup ya??

Aku menyadari kondisiku sebagai wanita yang cenderung maskulin, selalu ingin rempong termasuk rempong merawat seseorang/sesuatu. Bahkan ketika bekerja dan berorganisasi, aku selalu sebagai pihak yang paling rempong adalah status siaga 1 menarik tipe laki-laki yang ingin diemong secara psikologis :-).

Ingat seorang selebriti yang berprofesi mengelola penonton bayaran? Dia beberapa kali menikahi laki-laki yang secara fisik nampak tampan tapi selalu jadi pihak yang justru dinafkahi oleh si selebriti tadi. Semua biaya hidup ditanggung oleh pihak wanita. Hemmm, pernikahan selebriti tersebut yang aku hitung 3 kali bersama suaminya berakhir di meja persidangan cerai.

Profesiku sebagai Psikolog, notabene bergerak di bidang psikoterapi, mendengarkan keluhan orang lain dengan penuh empati, juga menarik seorang laki-laki yang memanfaatkan profesiku untuk menyembuhkan dirinya. Dulu aku merasa senang jika ada yang datang dengan kondisi aku “dibutuhkan”.

Right now, Aku tidak mengizinkan diri sendiri menghabiskan waktu dan energiku dengan laki-laki seperti itu untuk mendapat cinta, perhatian dan hatinya. Imho It’s your own JOB Man, not mine. Aku bukan tempat yang tepat untuk menyembuhkanmu.

Ada lagi yang punya pengalaman lain???

So, setiap orang memiliki masa lalu, memiliki luka-luka masa lalu yang bisa jadi mempengaruhi pola kita berhubungan dengan orang lain. Jika ada luka dan butuh bantuan profesional, just do it. Lakukan yang terbaik untuk kedamaian hatimu dan untuk kehidupan pernikahanmu. Aku rasa pernikahan yang kokoh adalah sesuatu yang layak kita perjuangkan dan prioritaskan. Untuk mendapatkan pernikahan yang kokoh dibutuhkan laki-laki dan perempuan yang sama-sama “sadar” dan kuat. Aku tidak setuju dengan istilah kita bertemu jodoh untuk saling melengkapi 😉 Kita adalah satu tim dengan pasangan kita.

Kita semua layak mendapat pasangan yang terbaik untuk dunia-akhirat yang tumbuh saling mencintai dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tumbuh bersama untuk menjadi diri  terbaik dari masing-masing individu.

Dan apapun kelebihan dan kekurangan dirimu it’s oke. Terima sebagai bagian dari diri dengan penuh kasih sayang.  Aku rasa tidak ada orang yang steril dengan luka batin karena hidup lebih sempurna jika seluruh yang hadir diterima dengan penuh CINTA.

 

My prayer : I am so lucky, grateful and feel Blessed find him. Please note this article 🙂

http://www.awaken.com/2016/09/sacred-dreams/

If you find Him. Be Grateful to God….

 

 

Semarang, 4 Juli 2017

WITH LOVE

Arum Sukma Kinasih